Mengikuti beberapa tulisan tentang heboh KOMODO dan New7Wonders ternyata membuat tanganku gatal untuk menulis. He..he… lama sekali gak nulis. Ternyata ada hikmahnya … Alhamdulillah. Setidaknya di penghujung bulan Oktober ini menjadi TITIK BALIK bagiku untuk menulis atau setidaknya posting beberapa baris saja.
Trus apa hubungannya antara Aku, Komodo dan New7Wonders ? Tentu saja ada hubungannya yaitu membuatku beropini. Karena itulah kenapa tulisan ini terlahir ke dunia ini. 🙂
Membaca analisa dari Pak Priyadi tentang FAQ Tentang New7Wonders dan Fakta Tentang New7Wonders ditambah dengan tulisan SauOni Nakamura tentang JANGAN MAU DIBODOHIN ORANG TERUS (Masalah Pulau Komodo) di tambah lagi dengan berita dari detiknews.com yang berjudul “Kisruh Komodo Juga Jadi Alasan Maladewa Mundur dari New7Wonders” dan “Terus Dimintai Uang, Maladewa Mundur dari Kompetisi New7Wonders” – terus terang saja, aku SEPAKAT ! (Mohon maaf kepada Pak JK sebagai “Duta Komodo” jika saya tidak sependapat dengan Bapak meski anda merupakan salah satu tokoh Bangsa yang menjadi inspirasi saya, he…he… Eh, maaf juga dengan teman2 yang mengirimkan SMS ajakan untuk mengirim di “layanan premium” no **** yang saya tidak menindaklanjutinya.)
Kenapa aku SEPAKAT ! ? Tentunya bukan asal ikut alias ikut-ikutan. Yang jelas untuk “beberapa hal” aku perlu selektif dan mencerna lebih mendalam terkait suatu ajakan. Apakah ajakan itu perlu ku lakukan atau tidak. Mau tahu alasannya ? Ku pikir tulisan-tulisan yang aku LINK-kan di atas sudah cukup mewakili. He..he…
Trus… aku termasuk ke dalam “aliran” yang tidak tertarik dengan segala bentuk “Kontes-kontesan” apalagi yang harus mengirim SMS sebanyak-banyaknya. Memang kalau Komodo menjadi New7wonders-nya Bernard Weber, akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia atau komodo akan selamat dari kepunahan? Atau hanya sekedar menjadi ajang eksploitasi saja? Ku pikir untuk meningkatkan citra dalam rangka mempromosikan komodo tidak harus melalui kontes-kontesan seperti itu. Banyak cara yang aku yakin bisa dilakukan. Untuk itu serahkan pada ahlinya. 🙂
Tidak Nasionalis? Apakah nasionalis hanya diukur dari seberapa banyak SMS yang kita kirimkan dalam KONTES itu? Apakah nasionalis akan diakui dengan terpampangnya nama kita dalam “musem Komodo”? Tentu saja tidak, menurutku… :). Nasionalis atau tidak itu tergantung dari aktualisasi diri atau karya nyata sejauh mana nasionalisme itu diaplikasikan. Banyak rakyat kita yang jauh lebih nasionalis dari orang-orang yang muncul di media yang mengaku-aku dirinya nasionalis yang nyatanya sebagian oknum dari mereka termasuk bagian yang telah disebut SBY sebagai perampok uang negara?. Banyak rakyat yang walaupun tidak mengaku-aku nasionalis dan jauh dari plubisitas tetap bekerja tanpa lelah dan mendedikasikan diri untuk membangun bangsa ini.
Itulah uneg-unegku yang dangkal dan barangkali tidak nyambung. Maklum penulis amatiran. He…he…
Akhirnya, meminjam pantunnya Pak Tifatul… Ayu Ting Ting Naik Kopaja, Yang penting terus bekerja. Yups, lakukan apa yang kita bisa sekecil apapun itu. 🙂
serupa tapi tak sama … saya menuliskannya begini, silahkan disimak …
http://livetraffic.wordpress.com/2011/10/31/sms-idol-nasionalisme-komodo/
salam kenal
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal kembali